BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Peran guru sebagai fasilitator dalam
pelaksanaan pendidikan untuk anak usia dini harus mampu memberikan kemudahan
kepada anak untuk mempelajari berbagai hal yang terdapat dalam lingkungannya.
Seperti
kita ketahui bahwa anak usia dini memiliki rasa ingin tahu dan sikap antusias
yang kuat terhadap segala sesuatu serta memiliki sikap berpetualang serta minat
yang kuat untuk mengobservasi lingkungan. Ia memiliki sikap petualang yang
kuat. Pengenalan terhadap lingkungan di sekitarnya merupakan pengalaman yang
positif untuk mengembangkan minat keilmuan.
Pada
makalah ini akan dikaji beberapa hal yang berkaitan dengan pentingnya
pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar yang diawali dengan pembahasan
mengenai sekolah dan guru lain sebagai sumber belajar dilanjutkan dengan memanfaatkan
lingkungan sebagai sumber belajar dan menciptakan lingkungan sekolah sebagai
sumber belajar.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Bagaimanakah
sekolah dan guru lain sebagai sumber belajar?
2. Bagaimanakah
pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar?
3. Bagaimanakah
cara menciptakan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar?
1.3
Tujuan
1. Untuk
mengetahui sekolah dan guru lain sebagai sumber belajar.
2. Untuk
mengetahui pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar.
3. Untuk
mengetahui cara menciptakan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Sekolah dan Guru Lain Sebagai
Sumber Belajar
Dunia pendidikan tidak dapat
dipisahkan dengan lingkungan. Lingkungan adalah sumber belajar yang vital.
Pembelajaran yang menjadikan lingkungan sebagai objek belajar dapat memberikan
pengalaman yang nyata dan langsung kepada peserta didik. Pada proses belajar
mengajar, guru tidak lagi hanya mentransfer ilmu pengetahuannya, tetapi siswa
sendiri yang harus membangun pengetahunnya.
Lingkungan
pembelajaran yang baik adalah lingkungan pembelajaran dimana :
a. Siswa
dan guru belajar bersama sebagai suatu komunitas belajar
b. Guru
menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran
c. Guru
mendorong partisipasi aktif siswa dalam belajar, dan
d. Guru
memiliki minatuntuk memberikan layanan pendidikan yang terbaik.
Untuk menciptakan
kondisi dan lingkungan belajar yang nyaman maka seorang guru harslah :
a. Berperan
sebagai manajer pembelajaran, memiliki kemandirian dan otonomi yang
seluas-luasnya dalam mengelola keseluruhan kegiatan belajar-mengajar dengan
mendinamiskan seluruh sumber-sumber penunjang pembelajaran. Guru harus berperan
sebagai partisipan, tidak hanya berperilaku mengajar, tetapi juga belajar dari
interaksi dengan siswa.
b. Berperan
sebagai pelatih, memberikan peluang bagi siswa mengembangkan cara-cara
pembelajaran sesuai dengan kondisi masing-masing. Guru hanya memberikan
prinsip-prinsip dasar, tidak memberikan satu cara yang mutlak.
c. Berperan
sebagai konselor, mampu menciptakan interaksi belajar-mengajar, di mana siswa
melakukan perilaku pembelajaran dalam suasana psikologis yang kondusif dan
tidak ada jarak dengan guru.
d. Sebagai
fasilitator, guru harus mampu memahami kondisi setiap siswa dan membantunya kea
rah perkembangan optimal. Sebagai fasilitator, juga berperan sebagai motivator
dan memfasilitasi kegiatan belajar siswa.
e. Sebagai
kreator proses belajar mengajar dituntut untuk dapat menguasai perkembangan
teknologi di bidangnya untuk merancang dan menyampaikan pembelajaran.
f. Sebagai
pemimpin, diharapkan menjadi seseorang yang mampu menggerakkan orang lain
mewujudkan perilaku menuju tujuan bersama.
g. Sebagai
pengarang harus kreatif dan inovatif menghasilkan karya yang akan digunakan
melaksanakan tugas-tugas profesionalnya.
Dalam pembelajaran
terutama pembelajaran kelas rangkap, kemampuan guru dalam memanfaatkan
lingkungan sebagai salah satu sumber belajar sangatlah penting. Seorang guru
dituntut mampu mengenali dan memanfaatkan sumber belajar yang tersedia di
sekitar siswa.
Dalam pembejaran kelas rangkap kemitraan
antar guru baik di dalam lingkungan sekolah yang sama maupun sekolah yang
berbeda sangatlah penting, karena dapat membiasakan diri bermitra kerja sesama
guru dapat saling mengisi kekurangan. Winataputra (1999) menyebutkan bahwa
melalui pembiasaan kerjasama antar guru dan antar sekolah dapat dicapai hal-hal
sebagai berikut ;
a. Program
pembelajaran dapat dilakukan lebih efisien dan efektif dalam arti hemat sumber
daya dan mencapai tujuan secara optimal.
b. Tercipta
suasana kebersamaan dan kesejawatan antar guru dalam membangun dan memelihara
suasana pendidikan persekolahan yang demokrais.
c. Kebersamaan
dan kesejawatan antar guru akan menjadi model bagi para siswa dalam membina
persahabatan antar siswa.
d. Pemecahan
masalah-masalah pendiidkan di SD akan menjadi semakin mudah dan ringan .
1.
Kerjasama
sesama guru dari satu sekolah
Kerjasama antara sesama
guru di satu sekolah dapat dilakukan dengan berbagai cara tergantung situasi
dan kebutuhan. Winataputra (1999) menyebutkan bahwa pembelajaran yang
terkondisikan menggunakan pendekatan PKR memerlukan berbagai sarana pembinaan
professional guru yang dapat dimanfaatkan secara mandiri oleh setiap guru
diharapkan adanya koordinasi antara kepala sekolah dan pihak guru.
2.
Kerjasama
guru dari sekolah lain
Dalam beberapa hal seringkali kita tak mampu memecahkan masalah
pembelajaran sendiri, bahkan setelah didiskusikan dengan teman sejawat dalam
satu sekolah. Untuk itu kita perlu mengadakan hubungan kerjasama dengan teman
sejawat di sekolah lain. Djalil, dkk. (2005) menyebutkan bahwa kerjasama antar
sekolah merupakan faktor yang sangat penting, misalnya untuk kepentingan :
a. Berdiskusi
dan tukar pengalaman untuk mengatasi berbagai kesulitan mengajar.
b. Membangun
Pusat Sumber Belajar (PSB) yang saat ini dikenal sebagai Pusat Sumber Belajar
Guru (PSBG).
c. Mengadakan
kegiatan bersama.
d. Saling
membantu dan mengajar.
Kerjasama yang
dilakukan guru dengan guru dari sekolah lain dapat berupa KKG (Kegiatan Kerja
Guru), MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran ), KKKS (Kelompok Kerja Kepala
Sekolah) adalah forum yang dapat dijadikan untuk saling tukar informasi,
pengalaman, berdiskusi untuk memecahkan berbagai kesulitan mengajar dan
mengerjakan sesuatu secara bersama.
2.2 Memanfaatkan Lingkungan Sebagai
Sumber Belajar
Menurut
Effendi (1995) minat adalah variabel penting yang berpengaruh terhadap
tercapainya prestasi atau cita-cita yang diharapkan seperti yang dikemukakan
bahwa belajar dengan minat akan lebih baik daripada belajar tanpa minat.
Prinsip PKR yang menekankan pada perlunya memahami sumber belajar secara
optimal, maka sudah seharusnya disadari perlunya memahami dan memanfaatkan
lingkungan secara optimal.
Malcolm Knowles (1975) menggambarkan
bahwa belajar mandiri menekankan pendidikan pada inisiatif individu dalam belajar.
Belajar mandiri adalah suatu kondisi dimana seseorang mengambil inisiatif
dengan ataupun tanpa bantuan orang lain baik dalam mendiagnosa kebutuhan
belajarnya, menemutunjukkan sumber manusia dan sumber bahan untuk kepentingan
belajarnya, serta memilih dan melaksanakan strategi belajar yang cocok, serta
mengevaluasi hasil belajarnya. Pada pembelajaran dengan PKR seorang guru harus
mampu membuat murid belajar secara independen.
Winataputra (1999) menyebutkan bahwa
sumber belajar meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Lingkungan
sosial atau manusia antara lain guru, siswa lain, orang tua dan anggota
masyarakat.
b. Lingkungan
hidup seperti flora dan fauna.
c. Lingkungan
alam seperti tanah, air, udara, awan, hujan.
d. Lingkungan
budaya seperti pranata social,pengetahuan dan teknologi.
e. Lingkungan
religius seperti kitab suci dan acara keagamaan.
Kelima unsur lingkungan
tersebut berpotensi memberi stimulus atau rangsangan belajar pada siswa.
1.
Lingkungan
sekolah sebagai sumber belajar
Peranan
guru disini adalah berusaha untuk memfasilitasi siswa agar lebih banyak
mengalami belajar bersama dengan berbagai macam karakter manusia sehingga siswa
lebih siap saat terjun ke dalam masyarakat. Dengan hal seperti itu, maka siswa
diharapkan memperoleh banyak hal antara lain pengetahuan dan keterampilan lebih
banyak karena mereka dapat belajar dari sesama teman. Belajar dari sesama teman
memiliki makna lebih besar sebab siswa lebih mudah memahami bahasa dan isyarat
yang diberikan oleh temannya. Lewat kegiatan berkelompok siswa memperoleh
berbagai hal yang sulit didapatkan pada saat belajar sendiri, seperti sikap mau
menghargai orang lain, sikap mau menerima orang lain, bekerja sama, dan sikap
menikmati hidup bersama orang lain. Sehingga pemanfaatan lingkungan sebagai
sumber belajar menjadikan siswa lebih mudah dan lebih menggapai ilmu dan
keterampilan.
2.
Lingkungan
sekitar sebagai sumber belajar
Memanfaatkan lingkungan sekitar dengan membawa anak-anak
untuk mengamati lingkungan akan menambah keseimbangan dalam kegiatan belajar.
Artinya belajar tidak hanya terjadi di ruangan kelas namun juga di luar ruangan
kelas, dalam hal ini lingkungan sebagai sumber belajar sangat berpengaruh
terhadap perkembangan fisik, keterampilan sosial dan budaya, perkembangan
emosional serta intelektual.
·
Perkembangan
Fisik
Lingkungan
sangat berperan dalam merangsang pertumbuhan fisik anak, untuk mengembangkan
otot-ototnya. Anak memiliki kesempatan yang alami untuk berlari-lari, melompat,
berkejar-kejaran dengan temannya dan menggerakkan tubuhnya dengan cara-cara
yang tidak terbatas. Dengan pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajarnya,
anak-anak menjadi tahu bagaimana tubuh mereka bekerja, kegiatan ini sangat alami dan sangat
bermanfaat dalam mengembangkan aspek fisik anak.
·
Perkembangan
aspek keterampilan sosial
Lingkungan
secara alami mendorong anak untuk berinteraksi dengan anak-anak yang lain. Anak-anak
dapat membangun keterampilan sosialnya ketika mereka membuat perjanjian dengan
teman-temannya untuk bergantian dalam menggunakan alat-alat tertentu pada saat
mereka memainkan objek-objek yang ada di lingkungan tertentu. Melalui kegiatan
seperti ini anak berteman dan saling menikmati suasana yang santai dan
menyenangkan.
·
Perkembangan
aspek emosi
Lingkungan
pada umumnya memberikan tantangan untuk dilalui oleh anak-anak. Pemanfaatannya
akan memungkinkan anak untuk mengembangkan rasa percaya diri yang positif. Rasa
percaya diri yang dimiliki oleh anak terhadap dirinya sendiri dan orang lain
dikembangkan melalui pengalaman hidup yang nyata. Lingkungan sendiri
menyediakan fasilitas bagi anak untuk mendapatkan pengalaman hidup yang nyata.
·
Perkembangan
intelektual
Anak-anak
belajar melalui interaksi langsung dengan benda-benda atau ide-ide.
Memanfaatkan lingkungan pada dasarnya adalah menjelaskan konsep-konsep tertentu
secara alami. Konsep warna yang diketahui dan dipahami anak di dalam kelas
tentunya akan semakin nyata apabila guru mengarahkan anak-anak untuk melihat
konsep warna secara nyata yang ada pada lingkungan sekitar.
Menurut Djalil, dkk. (2005). Ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan dalam menentukan lingkungan sebagai sumber belajar, yaitu :
a. Sumber
tersebut mudah di jangkau (kemudahan)
b. Tidak
memerlukan biaya tinggi (kemurahan)
c. Tempat
tersebut cukup aman digunakan sebagai sumber belajar (keamanan)
d. Berkaitan
dengan materi yang diajarka disekolah (kesesuaian)
Melalui metode ini, bentuk tugas yang diberikan disesuaikan dengan
kemampuan anak didik pada batas frekuensi yang tetap menggairahkan mereka
sehingga tidak menimbulkan kebosanan dan kejenuhan. Djalil, dkk. (2005) membuat
beberapa langkah dalam menentukan lingkungan sebagai sumber belajar sebagai
berikut :
a. Topik
dan materi pembelajaran erat sekali kaitannya dengan lingkungan.
b. Lingkungan
yang dipilih merupakan salah satu sumber yang paling mungkin dapat digunakan
untuk memperkaya materi.
c. Sumber
tersebut paling sesuai dengan sekolah dilihat dari kemudahan, kemurahan,
keamanan, dan kesesuaian materi.
d. Sumber
dari buku diasakan kurang atau tidak ada contohnya dan sulit diterapkan pada
pembelajaran dengan pendekatan PKR.
3.
Masyarakat
sebagai sumber belajar
Dalam pelaksanaan PKR kemitraan antara guru dan antar guru
dengan masyarakat sangatlah penting, lebih-lebih guru yang bertugas di SD yang
sumber belajarnya di sekolah sangat terbatas. Djalil, dkk. (2005) menjelaskan
bahwa hal yang harus dipertimbangkan dalam memanfaatkan nara sumber adalah :
a. Materi
atau informasi yang dapat diperoleh dari nara
sumber, tidak dikuasai guru ada.
b. Nara
sumber tersebut tepat, artinya yang dijadikan nara sumber harus orang yang
benar-benar memiliki informasi tersebut.
c. Hindarkanlah
hal yang berwarna politik, karena murid SD belum saatnya diberi informasi
politik praktis.
Tujuan
pemanfaatan lingkungan masyarakat sebagai sumber belajar adalah untuk
mengupayakan agar terjadi proses komunikasi atau interaksi antara sekolah
khususnya para siswa dan masyarakat. Interaksi yang baik akan menumbuhkan
saling pengertian antara kedua pihak. Harapannya adalah terjadinya peningkatan
relevansi antara kurikulum sekolah dengan kebutuhan masyarakat
2.3 Menciptakan Lingkungan Sekolah
Sebagai Sumber Belajar
Pada pembelajaran dengan pendekatan
PKR seorang guru harus mampu menciptakan kondisi sekolah ataupun ruang kelas yang mendukung
proses pembelajaran termasuk belajar mandiri. Kondisi yang dimaksud adalah
melengkapi pembelajaran dengan perlengkapan dan sumber belajar yang memadai.
1.
Melengkapi
ruang kelas dengan berbagai sumber belajar
Ruang kelas merupakan tempat berlangsungnya proses belajar
mengajar, tempat sebagian besar kegiatan pembelajaran berlangsung. Menciptakan
ruang kelas yang menyenangkan akan membantu berlangsungnya proses pembelajaran.
Ruang kelas yang berisi sumber belajar dan alat belajar sangat membantu guru
dan siswa dalam pembelajaran, terutama sekolah yang terkondisikan untuk
melakukan pembelajaran kelas rangkap.
2.
Melengkapi
lingkungan sekolah dengan berbagai sumber belajar
Pada dasarnya keberhasilan suatu kegiatan pembelajaran terutama
terletak pada guru yang ditunjang dengan seluruh komponen yang ada di sekolah
tersebut. Suatu sekolah dengan jumlah guru yang terbatas, sangat membutuhkan
kreatifitas dalam menciptakan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar.
Ada 2 cara untuk meningkatkan pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar
yang dapat meningkatkan kualitas belajar siswa adalah :
a. Menciptakan
lingkungan sekolah yang memudahkan murid-murid untuk belajr mandiri, yang dapat
dilakukan dengan cara melengkapi sekolah atau ruang kelas dengan berbagai
sumber belajar.
b. Memanfaatkan
sumber belajar yang ada secara maksimal untuk menunjang belajar mandiri.
(Djalil, 2005)
BAB III
PENUTUP
2.4 Simpulan
Dari pembahasan tersebut di atas kami dapat
menarik beberapa simpulan. Simpulan-simpulan tersebut antara lain:
1.
Dalam suatu pembelajaran seorang guru harus
mampu memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar.
2.
Penggunaan lingkungan sangat baik bagi
penanaman materi pelajaran dimana media yang digunakan harus berhubungan dengan
lingkungan fisik yang ada di sekitar mereka.
3.
Sekolah
juga hendaknya dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai
sehingga proses belajar mengajar dapat terlaksana dengan baik. Sarana dan
prasarana ini tidak harus mahal/mewah namun tepat sasaran atau sesuai dengan
kebutuhan.
2.5 Saran-Saran
Selanjutnya,
berdasarkan simpulan di atas ada beberapa saran yang dapat dikemukakan oleh
kami, yakni:
1. Guru
sebaiknya lebih kreatif dalam memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber
belajar guna memudahkan anak memahami konsep yang dipelajari.
2. Guru
hendaknya mampu mengkaitkan materi dengan
memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar agar siswa dapat
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
3. Peran
serta pemerintah dalam melengkapi setiap sekolah dengan sarana dan prasarana
pembelajaran sangatlah dibutuhkan. Dalam hal ini pemerintah hendaknya bersikap
objektif.
DAFTAR
PUSTAKA
Susilowati.
2009. Pembelajaran Kelas Rangkap.
Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional
http://pascasarjana-stiami.ac.id/2009/04/lingkungan sebagai sumber
belajar/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar