Kamis, 24 Januari 2013

hari ini benar-benar melelahkan,, lelah di fisik,, hati pun iya..
melihat pertandingan tadi hatinterasa bergetar,, rindu akan dlu, saat jadi pemain, knapa ksempatan tak ada untuk nik? andi aku lahir belakangan,, pasti bsa mengikui event" yang menyenagkan seperti sekarang,,
 seperti dlu,, hanya masih menjadi penonton!! kapan aku bermain di panggung emas?

entahlah,, tunggu crita selanjutnya!
FOKUSSS!! INI MATERI PENTING YANG BELUM KU KUASAI SAMPAI SAAT INI,,,,,,,,

Senin, 21 Januari 2013

ajik dan ibuk tersaang,,
yg selalu tersenyum di hadapanku
memberikan semua yang aku inginkan,,
ajik ibuk
aku sayang kalian..

OnikDw: sumber belajar

OnikDw: sumber belajar: BAB I PENDAHULUAN 1.1      Latar Belakang Peran guru sebagai fasilitator dalam pelaksanaan pendidikan untuk anak usia dini harus ...

sumber belajar


BAB I
PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang
Peran guru sebagai fasilitator dalam pelaksanaan pendidikan untuk anak usia dini harus mampu memberikan kemudahan kepada anak untuk mempelajari berbagai hal yang terdapat dalam lingkungannya.
Seperti kita ketahui bahwa anak usia dini memiliki rasa ingin tahu dan sikap antusias yang kuat terhadap segala sesuatu serta memiliki sikap berpetualang serta minat yang kuat untuk mengobservasi lingkungan. Ia memiliki sikap petualang yang kuat. Pengenalan terhadap lingkungan di sekitarnya merupakan pengalaman yang positif untuk mengembangkan minat keilmuan.
Pada makalah ini akan dikaji beberapa hal yang berkaitan dengan pentingnya pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar yang diawali dengan pembahasan mengenai sekolah dan guru lain sebagai sumber belajar  dilanjutkan dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar dan menciptakan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.

1.2     Rumusan Masalah
1.    Bagaimanakah sekolah dan guru lain sebagai sumber belajar?
2.    Bagaimanakah pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar?
3.    Bagaimanakah cara menciptakan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar?

1.3     Tujuan 
1.      Untuk mengetahui sekolah dan guru lain sebagai sumber belajar.
2.      Untuk mengetahui pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar.
3.      Untuk mengetahui cara menciptakan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.
BAB II
 PEMBAHASAN

2.1  Sekolah dan Guru Lain Sebagai Sumber Belajar
            Dunia pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan lingkungan. Lingkungan adalah sumber belajar yang vital. Pembelajaran yang menjadikan lingkungan sebagai objek belajar dapat memberikan pengalaman yang nyata dan langsung kepada peserta didik. Pada proses belajar mengajar, guru tidak lagi hanya mentransfer ilmu pengetahuannya, tetapi siswa sendiri yang harus membangun pengetahunnya.
Lingkungan pembelajaran yang baik adalah lingkungan pembelajaran dimana :
a.       Siswa dan guru belajar bersama sebagai suatu komunitas belajar
b.      Guru menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran
c.       Guru mendorong partisipasi aktif siswa dalam belajar, dan
d.      Guru memiliki minatuntuk memberikan layanan pendidikan yang terbaik.
Untuk menciptakan kondisi dan lingkungan belajar yang nyaman maka seorang guru harslah :
a.    Berperan sebagai manajer pembelajaran, memiliki kemandirian dan otonomi yang seluas-luasnya dalam mengelola keseluruhan kegiatan belajar-mengajar dengan mendinamiskan seluruh sumber-sumber penunjang pembelajaran. Guru harus berperan sebagai partisipan, tidak hanya berperilaku mengajar, tetapi juga belajar dari interaksi dengan siswa.
b.    Berperan sebagai pelatih, memberikan peluang bagi siswa mengembangkan cara-cara pembelajaran sesuai dengan kondisi masing-masing. Guru hanya memberikan prinsip-prinsip dasar, tidak memberikan satu cara yang mutlak.
c.    Berperan sebagai konselor, mampu menciptakan interaksi belajar-mengajar, di mana siswa melakukan perilaku pembelajaran dalam suasana psikologis yang kondusif dan tidak ada jarak dengan guru.
d.   Sebagai fasilitator, guru harus mampu memahami kondisi setiap siswa dan membantunya kea rah perkembangan optimal. Sebagai fasilitator, juga berperan sebagai motivator dan memfasilitasi kegiatan belajar siswa.
e.    Sebagai kreator proses belajar mengajar dituntut untuk dapat menguasai perkembangan teknologi di bidangnya untuk merancang dan menyampaikan pembelajaran.
f.     Sebagai pemimpin, diharapkan menjadi seseorang yang mampu menggerakkan orang lain mewujudkan perilaku menuju tujuan bersama.
g.    Sebagai pengarang harus kreatif dan inovatif menghasilkan karya yang akan digunakan melaksanakan tugas-tugas profesionalnya.
Dalam pembelajaran terutama pembelajaran kelas rangkap, kemampuan guru dalam memanfaatkan lingkungan sebagai salah satu sumber belajar sangatlah penting. Seorang guru dituntut mampu mengenali dan memanfaatkan sumber belajar yang tersedia di sekitar siswa.
                        Dalam pembejaran kelas rangkap kemitraan antar guru baik di dalam lingkungan sekolah yang sama maupun sekolah yang berbeda sangatlah penting, karena dapat membiasakan diri bermitra kerja sesama guru dapat saling mengisi kekurangan. Winataputra (1999) menyebutkan bahwa melalui pembiasaan kerjasama antar guru dan antar sekolah dapat dicapai hal-hal sebagai berikut ;
a.    Program pembelajaran dapat dilakukan lebih efisien dan efektif dalam arti hemat sumber daya dan mencapai tujuan secara optimal.
b.    Tercipta suasana kebersamaan dan kesejawatan antar guru dalam membangun dan memelihara suasana pendidikan persekolahan yang demokrais.
c.    Kebersamaan dan kesejawatan antar guru akan menjadi model bagi para siswa dalam membina persahabatan antar siswa.
d.   Pemecahan masalah-masalah pendiidkan di SD akan menjadi semakin mudah dan ringan .

1.      Kerjasama sesama guru dari satu sekolah
Kerjasama antara sesama guru di satu sekolah dapat dilakukan dengan berbagai cara tergantung situasi dan kebutuhan. Winataputra (1999) menyebutkan bahwa pembelajaran yang terkondisikan menggunakan pendekatan PKR memerlukan berbagai sarana pembinaan professional guru yang dapat dimanfaatkan secara mandiri oleh setiap guru diharapkan adanya koordinasi antara kepala sekolah dan pihak guru.

2.      Kerjasama guru dari sekolah lain
      Dalam beberapa hal seringkali kita tak mampu memecahkan masalah pembelajaran sendiri, bahkan setelah didiskusikan dengan teman sejawat dalam satu sekolah. Untuk itu kita perlu mengadakan hubungan kerjasama dengan teman sejawat di sekolah lain. Djalil, dkk. (2005) menyebutkan bahwa kerjasama antar sekolah merupakan faktor yang sangat penting, misalnya untuk kepentingan :
a.    Berdiskusi dan tukar pengalaman untuk mengatasi berbagai kesulitan mengajar.
b.    Membangun Pusat Sumber Belajar (PSB) yang saat ini dikenal sebagai Pusat Sumber Belajar Guru (PSBG).
c.    Mengadakan kegiatan bersama.
d.   Saling membantu dan mengajar.
Kerjasama yang dilakukan guru dengan guru dari sekolah lain dapat berupa KKG (Kegiatan Kerja Guru), MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran ), KKKS (Kelompok Kerja Kepala Sekolah) adalah forum yang dapat dijadikan untuk saling tukar informasi, pengalaman, berdiskusi untuk memecahkan berbagai kesulitan mengajar dan mengerjakan sesuatu secara bersama.

2.2 Memanfaatkan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar
            Menurut Effendi (1995) minat adalah variabel penting yang berpengaruh terhadap tercapainya prestasi atau cita-cita yang diharapkan seperti yang dikemukakan bahwa belajar dengan minat akan lebih baik daripada belajar tanpa minat. Prinsip PKR yang menekankan pada perlunya memahami sumber belajar secara optimal, maka sudah seharusnya disadari perlunya memahami dan memanfaatkan lingkungan secara optimal.
            Malcolm Knowles (1975) menggambarkan bahwa belajar mandiri menekankan pendidikan pada inisiatif individu dalam belajar. Belajar mandiri adalah suatu kondisi dimana seseorang mengambil inisiatif dengan ataupun tanpa bantuan orang lain baik dalam mendiagnosa kebutuhan belajarnya, menemutunjukkan sumber manusia dan sumber bahan untuk kepentingan belajarnya, serta memilih dan melaksanakan strategi belajar yang cocok, serta mengevaluasi hasil belajarnya. Pada pembelajaran dengan PKR seorang guru harus mampu membuat murid belajar secara independen.
            Winataputra (1999) menyebutkan bahwa sumber belajar meliputi hal-hal sebagai berikut :
a.    Lingkungan sosial atau manusia antara lain guru, siswa lain, orang tua dan anggota masyarakat.
b.    Lingkungan hidup seperti flora dan fauna.
c.    Lingkungan alam seperti tanah, air, udara, awan, hujan.
d.   Lingkungan budaya seperti pranata social,pengetahuan dan teknologi.
e.    Lingkungan religius seperti kitab suci dan acara keagamaan.
Kelima unsur lingkungan tersebut berpotensi memberi stimulus atau rangsangan belajar pada siswa.
1.      Lingkungan sekolah sebagai sumber belajar
                  Peranan guru disini adalah berusaha untuk memfasilitasi siswa agar lebih banyak mengalami belajar bersama dengan berbagai macam karakter manusia sehingga siswa lebih siap saat terjun ke dalam masyarakat. Dengan hal seperti itu, maka siswa diharapkan memperoleh banyak hal antara lain pengetahuan dan keterampilan lebih banyak karena mereka dapat belajar dari sesama teman. Belajar dari sesama teman memiliki makna lebih besar sebab siswa lebih mudah memahami bahasa dan isyarat yang diberikan oleh temannya. Lewat kegiatan berkelompok siswa memperoleh berbagai hal yang sulit didapatkan pada saat belajar sendiri, seperti sikap mau menghargai orang lain, sikap mau menerima orang lain, bekerja sama, dan sikap menikmati hidup bersama orang lain. Sehingga pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar menjadikan siswa lebih mudah dan lebih menggapai ilmu dan keterampilan.

2.      Lingkungan sekitar sebagai sumber belajar   
Memanfaatkan lingkungan sekitar dengan membawa anak-anak untuk mengamati lingkungan akan menambah keseimbangan dalam kegiatan belajar. Artinya belajar tidak hanya terjadi di ruangan kelas namun juga di luar ruangan kelas, dalam hal ini lingkungan sebagai sumber belajar sangat berpengaruh terhadap perkembangan fisik, keterampilan sosial dan budaya, perkembangan emosional serta intelektual.
·         Perkembangan Fisik
Lingkungan sangat berperan dalam merangsang pertumbuhan fisik anak, untuk mengembangkan otot-ototnya. Anak memiliki kesempatan yang alami untuk berlari-lari, melompat, berkejar-kejaran dengan temannya dan menggerakkan tubuhnya dengan cara-cara yang tidak terbatas. Dengan pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajarnya, anak-anak menjadi tahu bagaimana tubuh mereka bekerja,  kegiatan ini sangat alami dan sangat bermanfaat dalam mengembangkan aspek fisik anak.
·         Perkembangan aspek keterampilan sosial
Lingkungan secara alami mendorong anak untuk berinteraksi dengan anak-anak yang lain. Anak-anak dapat membangun keterampilan sosialnya ketika mereka membuat perjanjian dengan teman-temannya untuk bergantian dalam menggunakan alat-alat tertentu pada saat mereka memainkan objek-objek yang ada di lingkungan tertentu. Melalui kegiatan seperti ini anak berteman dan saling menikmati suasana yang santai dan menyenangkan.
·         Perkembangan aspek emosi
Lingkungan pada umumnya memberikan tantangan untuk dilalui oleh anak-anak. Pemanfaatannya akan memungkinkan anak untuk mengembangkan rasa percaya diri yang positif. Rasa percaya diri yang dimiliki oleh anak terhadap dirinya sendiri dan orang lain dikembangkan melalui pengalaman hidup yang nyata. Lingkungan sendiri menyediakan fasilitas bagi anak untuk mendapatkan pengalaman hidup yang nyata.
·         Perkembangan intelektual
Anak-anak belajar melalui interaksi langsung dengan benda-benda atau ide-ide. Memanfaatkan lingkungan pada dasarnya adalah menjelaskan konsep-konsep tertentu secara alami. Konsep warna yang diketahui dan dipahami anak di dalam kelas tentunya akan semakin nyata apabila guru mengarahkan anak-anak untuk melihat konsep warna secara nyata yang ada pada lingkungan sekitar.
      Menurut Djalil, dkk. (2005). Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan lingkungan sebagai sumber belajar, yaitu :
a.       Sumber tersebut mudah di jangkau (kemudahan)
b.      Tidak memerlukan biaya tinggi (kemurahan)
c.       Tempat tersebut cukup aman digunakan sebagai sumber belajar (keamanan)
d.      Berkaitan dengan materi yang diajarka disekolah (kesesuaian)
     Melalui metode ini, bentuk tugas yang diberikan disesuaikan dengan kemampuan anak didik pada batas frekuensi yang tetap menggairahkan mereka sehingga tidak menimbulkan kebosanan dan kejenuhan. Djalil, dkk. (2005) membuat beberapa langkah dalam menentukan lingkungan sebagai sumber belajar sebagai berikut :
a.       Topik dan materi pembelajaran erat sekali kaitannya dengan lingkungan.
b.      Lingkungan yang dipilih merupakan salah satu sumber yang paling mungkin dapat digunakan untuk memperkaya materi.
c.       Sumber tersebut paling sesuai dengan sekolah dilihat dari kemudahan, kemurahan, keamanan, dan kesesuaian materi.
d.      Sumber dari buku diasakan kurang atau tidak ada contohnya dan sulit diterapkan pada pembelajaran dengan pendekatan PKR.                 
3.      Masyarakat sebagai sumber belajar
      Dalam pelaksanaan PKR kemitraan antara guru dan antar guru dengan masyarakat sangatlah penting, lebih-lebih guru yang bertugas di SD yang sumber belajarnya di sekolah sangat terbatas. Djalil, dkk. (2005) menjelaskan bahwa hal yang harus dipertimbangkan dalam memanfaatkan nara sumber adalah :
a.       Materi atau informasi yang dapat diperoleh dari nara  sumber, tidak dikuasai guru ada.
b.      Nara sumber tersebut tepat, artinya yang dijadikan nara sumber harus orang yang benar-benar memiliki informasi tersebut.
c.       Hindarkanlah hal yang berwarna politik, karena murid SD belum saatnya diberi informasi politik praktis.
Tujuan pemanfaatan lingkungan masyarakat sebagai sumber belajar adalah untuk mengupayakan agar terjadi proses komunikasi atau interaksi antara sekolah khususnya para siswa dan masyarakat. Interaksi yang baik akan menumbuhkan saling pengertian antara kedua pihak. Harapannya adalah terjadinya peningkatan relevansi antara kurikulum sekolah dengan kebutuhan masyarakat

2.3  Menciptakan Lingkungan Sekolah Sebagai Sumber Belajar
                               Pada pembelajaran dengan pendekatan PKR seorang guru harus mampu menciptakan kondisi  sekolah ataupun ruang kelas yang mendukung proses pembelajaran termasuk belajar mandiri. Kondisi yang dimaksud adalah melengkapi pembelajaran dengan perlengkapan dan sumber belajar yang memadai.

1.      Melengkapi ruang kelas dengan berbagai sumber belajar
      Ruang kelas merupakan tempat berlangsungnya proses belajar mengajar, tempat sebagian besar kegiatan pembelajaran berlangsung. Menciptakan ruang kelas yang menyenangkan akan membantu berlangsungnya proses pembelajaran. Ruang kelas yang berisi sumber belajar dan alat belajar sangat membantu guru dan siswa dalam pembelajaran, terutama sekolah yang terkondisikan untuk melakukan pembelajaran kelas rangkap.

2.      Melengkapi lingkungan sekolah dengan berbagai sumber belajar
      Pada dasarnya keberhasilan suatu kegiatan pembelajaran terutama terletak pada guru yang ditunjang dengan seluruh komponen yang ada di sekolah tersebut. Suatu sekolah dengan jumlah guru yang terbatas, sangat membutuhkan kreatifitas dalam menciptakan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar. Ada 2 cara untuk meningkatkan pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar yang dapat meningkatkan kualitas belajar siswa adalah :
a.       Menciptakan lingkungan sekolah yang memudahkan murid-murid untuk belajr mandiri, yang dapat dilakukan dengan cara melengkapi sekolah atau ruang kelas dengan berbagai sumber belajar.
b.      Memanfaatkan sumber belajar yang ada secara maksimal untuk menunjang belajar mandiri.
(Djalil, 2005)


























BAB III
PENUTUP


2.4  Simpulan
      Dari pembahasan tersebut di atas kami dapat menarik beberapa simpulan. Simpulan-simpulan tersebut antara lain:
1.      Dalam suatu pembelajaran seorang guru harus mampu memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar.
2.      Penggunaan lingkungan sangat baik bagi penanaman materi pelajaran dimana media yang digunakan harus berhubungan dengan lingkungan fisik yang ada di sekitar mereka.
3.      Sekolah  juga hendaknya dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai sehingga proses belajar mengajar dapat terlaksana dengan baik. Sarana dan prasarana ini tidak harus mahal/mewah namun tepat sasaran atau sesuai dengan kebutuhan.

2.5  Saran-Saran
Selanjutnya, berdasarkan simpulan di atas ada beberapa saran yang dapat dikemukakan oleh kami, yakni:
1.      Guru sebaiknya lebih kreatif dalam memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar guna memudahkan anak memahami konsep yang dipelajari.
2.      Guru hendaknya mampu mengkaitkan materi dengan  memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar agar siswa dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
3.      Peran serta pemerintah dalam melengkapi setiap sekolah dengan sarana dan prasarana pembelajaran sangatlah dibutuhkan. Dalam hal ini pemerintah hendaknya bersikap objektif.

DAFTAR PUSTAKA

Susilowati. 2009. Pembelajaran Kelas Rangkap. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional

Makalah Hari Raya Saraswati


HARI RAYA SARASWATI
                       Makna Hari Raya Saraswati             


Oleh
Klompok 1
I Dewa Ayu Yuni Astitiani Dewi ( 11.1.1.1.1.404 )
Putu Arix Suryaprilyadi ( 11.1.1.1.1.405 )
Desak Putu Puspayanti ( 11.1.1.1.1.406)
Issa Widya Pramana ( 11.1.1.1.1.407)
A.A Ayu Made Noviariska ( 11.1.1.1.1.408)

KATA PENGANTAR
Om Swastyastu, 
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa , karena atas Asung Kerta Wara Nugraha-  Nyalah, tugas makalah Acara 1 yang berjudul “Hari Raya Saraswati” selesai tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa tugas Makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu kami mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun demi keseempurnaan tugas ini.
            Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah bekerjasama,sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Semoga hasil Makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.
Om Santhi, Santhi, Santhi Om



                                                                                                            Penulis








DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
            1.1 Latar Belakang   ………………………………………………………            1
            1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………….            2
            1.3 Tujuan …………………………………………………………………            2
BAB II PEMBAHASAN
            2.1  Penggambaran Dewi Saraswati            ………………………………            3
            2.2 Makna Hari Raya Saraswati     ………………………………………            5
BAB III PENUTUP
            3.1 Simpulan ……………………………………………………………….            8
            3.2 Saran        ………………………………………………………………            8
DAFTAR PUSTAKA


                                   
                                                                                                           
 BAB I
PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
Upacara dewa yadnya adalah upacara pemujaan dan persembahan sebagai wujud bakti kehadapan Hyang Widhi dan segala manifestasi-Nya, yang diwujudkan dalam bermacam-macam bentuk upakara. Upacara ini bertujuan untuk pengucapan terima kasih kepada Hyang Widhi atas kasih, rahmat dan karunia-Nya sehingga kehidupan dapat berjalan damai.
Upacara dewa yadnya umumnya dilaksanakan di sanggah-sanggah, pamerajan, pura, kayangan dan tempat suci lainnya yang setingkat dengan itu. Upacara dewa yadnya ada yang dilakukan setiap hari dan ada juga yang dilakukan secara periodik atau berkala. Contoh dari upacara dewa yadnya yang dilakukan setiap hari adalah puja tri sandya dan yadnya cesa. Sedangkan upacara dewa yadnya yang dilakukan pada hari-hari tertentu seperti: Galungan, Kuningan, Saraswati, Ciwaratri, Purnama dan Tilem, dan podalan lainnya.
Hari Raya Saraswati juga merupakan hari raya yang berdasarkan dewa yajnya. Hari raya saraswati dirayakan setiap 6 bulan sekali, dimana hari raya ini merupakan hari turunnya ilmu pengetahuan, dan dewi saraswati merupakan dewinya ilmu pengetahuan.
Sebagai dewinya ilmu pengetahuan Dewi Saraswati di gambarkan sebagai wanita yang berparas cantik dengan kulit yang putih bersinar. Selain itu Dewi Sarawati juga di gambarkan  memiliki empat tangan yang masing-masing menggemgam empat benda. Keempat benda tersebut memiliki makna masing-masing ang menggambarkan bagaimana ilmu pengetahuan itu.
 
1.2  RUMUSAN MASALAH
1.                  Bagaimanakah penggambaran dewi saraswti ?
2.                  Apa makna hari raya saraswati ?
1.3 TUJUAN
1.      Mengetahui bagaimana penggambaran dewi saraswati
2.      Mengetahui makna hari raya saraswati










BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Penggambaran Dewi Saraswati
            Saraswati secara etimologi berasal dari kata Saras dan Wati. Saras artinya sesuatu yang mengalir, ucapan . Wati artinya yang memiliki atau mempunyai. Jadi Saraswati berarti sesuatu yang mempunyai sifat mengalirkan sumber pengetahuan dan kebijaksanaan.
            Dewi saraswati merupakan sakti dari dewa brahma , dalam hindu Saraswati merupakan personifikasi Hyang Widhi dalam pencitaan sebagai sakti Dewa Brahma. Didalam Weda, Dewi Saraswati disebut sebagai Dewi kebijaksanaan dan dewi sungai. Dalam Purnama dan Itihasa-lah Dewi Saraswati disebut-sebut sebagai sakti dari brahma. Kata Saraswati berasal dari urat kata Sanskerta ‘sr’ , yang berarti mengalir . Dalam Rg weda V.75.3, beliau disebut sebagai Dewi Sungai, disamping Gangga, Yamuna , susoma, dan lain-lain. Ia digambarkan sebagai wanita cantik berkulit putih bersih , merupakan perlambang bahwa ilmu pengetahuan suci akan memberikan keindahan dalam diri. Perilakunya lemah lembut, busana putih gemerlap dikenakan-Nya, terkesan sopan, menunjukkan bahwa pengetahuan suci akan membawa para pelajar pada kesehajaan.
 Saraswati dapat di gambarkan duduk atau berdiri diatas bungai teratai ,dimana teratai ini melambangkan kesucian , dan juga terdapat angsa yang merupakan wahana atau kendaraan suci dari-Nya, yang mana angsa tersebut adalah lambing kebijaksanaan . selain itu dalam penggambaran sering juga terlukis burung merak yang bermakna kewibawaan . beliau juga di gambarkan bertangan 4 dimana memegang :
a.       Keropak yang terletak pada tangan kanan bagian belakang yang merupakan lambing sumber ilmu pengetahuan yang suci, yang mengandung tuntutan untuk bekal kehidupan mahluk di dunia sepanjang masa. Di balik gambar keropak tersimpan pesan bahwa Tuhan adalah sumber segala macam pengetahuan , juga mengandung pesan bahwa seluruh pengetahuan adalah suci, karena itu perlu dijaga dan digunakan sesuai dengan fungsinya.
b.      Vina (kecapi) yang terletak pada tangan kiri bagian depan yang merupakan alat music ang melambangkan ilmu pengetahuan itu sebagai seni budaya yang agung sehingga semakin ilmu pengetahuan itu di plajari akan semakin mengasikkan. Dalam vina juga terkandung maksud bahwa ilmu pengetahuan spiritual,sains,dan teknologi harus mampu memancarkan vibrasi yang estetis atau yang indah sehingga menjadi sumber inspirasi pengembangan ilmu.
c.       Genitri terletak pada tangan kiri bagian belakang , yaitu berupa mata rantai yang tidak ada putus-putusnya sehingga ilmu pengetahuan tersebut tidak ada habis-habisnya untuk di pelajari Di balik gnitri tersimpan pesan bahwa segala ilmu pengetahuan harus saling memperkaya sehingga setiap cabang ilmu pengetahuan akan saling melengkapi satu sama lain.
d.      Teratai , merupakan atribut yang terletak pada tangan kanan bagian depan merupakan symbol ilmu pengetahuan yang suci , dimana bunga teratai tersebut dapat hidup dalam lumpur tang kotor namun bunganya tetap tegak  dan berada diatas dan tidak dicampur oleh kotoran lumur itu. Juga dapat berarti bahwa ilmu pengetahuan itu menghidupkan, memelihara, atau member kehidupan. Dengan ilmu pengetahuan manusia harus dapat hidup semakin aman , nyaman, damai, dan sejahtera. Ilmu pengetahuan tidak boleh mengancam kelangsungan hidup semua mahluk.
Selain memegang empat atribut yang dibawa di tangannya, dalam symbol-simbol Saraswati juga terdapat angsa putih ( hamsa/sowan) yang terdapat dalam symbol Saraswati sebagai pengapit yang berada di sebelah kiri-Nya, yang mengandung makna sebagai kebijaksanaan untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
           Merak atribut yang terdapat dalam symbol Dewi Saraswati sebagai pengapit di sebelah kanan-Nya  yang mengandung makna rasa ego atau rasa terhadap yaitu tidak sombong, angkuh , kikir dan lain sejenisnya di dalam pengamalan ilmunya.

2.2  Makna Hari Raya Saraswati
   Hari raya untuk memuja Saraswati dilakukan setiap 210 hari yaitu setiap hari Sabtu Umanis Watugunung. Besoknya, yaitu hari Minggu Paing wuku Sinta adalah hari Banyu Pinaruh yaitu hari yang merupakan kelanjutan dari perayaan Saraswati. Perayaan Saraswati berarti mengambil dua wuku yaitu wuku Watugunung (wuku yang terakhir) dan wuku Sinta (wuku yang pertama).
Pada hari Sabtu wuku Watugunung itu, semua pustaka terutama Weda dan sastra-sastra agama dikumpulkan sebagai lambang stana pemujaan Dewi Saraswati. Di tempat pustaka yang telah ditata rapi dihaturkan upacara Saraswati. Upacara Saraswati yang paling inti adalah banten (sesajen) Saraswati, daksina, beras wangi dan dilengkapi dengan air kumkuman (air yang diisi kembang dan wangi-wangian). Banten yang lebih besar lagi dapat pula ditambah dengan banten sesayut Saraswati, dan banten tumpeng dan sodaan putih-kuning. Upacara ini dilangsungkan pagi hari dan tidak boleh lewat tengah hari. 
Menurut keterangan lontar Sundarigama tentang Brata Saraswati, pemujaan Dewi Saraswati harus dilakukan pada pagi hari atau tengah hari. Dari pagi sampai tengah hari tidak diperkenankan membaca dan menulis terutama yang menyangkut ajaran Weda dan sastranya. Bagi yang melaksanakan Brata Saraswati dengan penuh, tidak membaca dan menulis itu dilakukan selama 24 jam penuh. Sedangkan bagi yang melaksanakan dengan biasa, setelah tengah hari dapat membaca dan menulis. Bahkan di malam hari dianjurkan melakukan malam sastra dan sambang samadhi. 
Besoknya pada hari Radite (Minggu) Paing wuku Sinta dilangsungkan upacara Banyu Pinaruh. Kata Banyu Pinaruh artinya air ilmu pengetahuan. Upacara yang dilakukan yakni menghaturkan laban nasi pradnyam air kumkuman dan loloh (jamu) sad rasa (mengandung enam rasa). Pada puncak upacara, semua sarana upacara itu diminum dan dimakan. Upacara lalu ditutup dengan matirtha.
Dalam upacara atau hari raya Saraswati, bagi umat Hindu di Indonesia, upacara dihaturkan dalam tumpukan lontar-lontar atau buku-buku keagamaan dan sastra termasuk pula buku-buku ilmu pengetahuan lainnya. Bagi umat Hindu di Indonesia aksara yang merupakan lambang itulah sebagai stana Dewi Saraswati. Aksara dalam buku atau lontar adalah rangkaian huruf yang membangun ilmu pengetahuan aparawidya maupun parawidya. Aparawidya adalah ilmu pengetahuan tentang ciptaan Tuhan seperti Bhuana Alit dan Bhuana Agung. Parawidya adalah ilmu pengetahuan tentang sang pencipta yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu di Indonesia - juga di Bali - tidak ada pelinggih khusus untuk memuja Saraswati yang di Bali diberi nama lengkap Ida Sang Hyang Aji Saraswati. 
Gambar atau patung Dewi Saraswati yang dikenal di Indonesia berasal dari India. Dewi Saraswati ada digambarkan duduk dan ada pula versi yang berdiri di atas angsa dan bunga padma. Ada juga yang berdiri di atas bunga padma, sedangkan angsa dan burung meraknya ada di sebelah menyebelah dengan Dewi Saraswati. Tentang perbedaan versi tadi bukanlah masalah dan memang tidak perlu dipersoalkan. Yang terpenting dari penggambaran Dewi Saraswati itu adalah makna filosofi yang ada di dalam simbol gambar tadi. Dewi yang cantik dan berwibawa menggambarkan bahwa ilmu pengetahuan itu adalah sesuatu yang amat menarik dan mengagumkan. Kecantikan Dewi Saraswati bukanlah kemolekan yang dapat merangsang munculnya nafsu birahi.









BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
            Saraswati sebagai lambing dari ilmu pengetahuan digambarkan sebagai wanita yang berparas cantik dengan kulit yang bersinar yang merupakan perlambang bahwa ilmu pengetahuan suci akan memberikan keindahan dalam diri. Selain itu Dewi Saraswati juga di gambarkan memiliki empat tangan  dan masing-masing menggenggam empat benda, keempat benda tersebut mempunyai makna masing-masing yang menggambarkan bagaimana pengetahuan itu.
            Makna pemujaan Dewi Saraswati adalah untuk memuja dan bersyukur  kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan memfokuskan pada aspek Dewi Saraswati (simbol vidya) atas karunia ilmu pengetahuan yang di karuniakan kepada kita semua, sehingga akan terbebas dari avidyam   ( kebodohan), agar di bombing menuju ke kedamaian yang abadi.
3.2 Saran
            Dengan adanya perayaan Hari Raya Saraswati, di harapkan masyarakau Hindu lebih bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam manifestasinya sebagai Dewi Saraswati yang merupakan dewinya ilmu pengetahuan., karena atas karunia ilmu pengetahuan yang di karuniakan kepada kita semua, kita dapat terbebas dari adanya kebodohan untuk membimbing menuju kedamaian.
DAFTAR PUSTAKA